Kuala Lumpur, Malaysia – 20 Maret 2025 – ASEAN dan Inggris bekerja sama untuk mengembangkan pasar karbon regional yang transparan, efisien, dan diatur dengan baik. Hari ini, para pemangku kepentingan utama berkumpul di Kuala Lumpur dalam ASEAN Common Carbon Framework (ACCF) untuk mendorong tercapainya tujuan ini. Diselenggarakan oleh ASEAN-UK Green Transition Fund (GTF), Malaysia Carbon Market Association (MCMA), dan Equatorise Advisory, serta didukung oleh ASEAN Business Advisory Council (ASEAN BAC); ASEAN BAC Malaysia dan Penandatangan MoC ACCF, workshop ini menjadi langkah penting dalam memudahkan negara-negara ASEAN memperdagangkan kredit karbon dan menarik investasi hijau.
Dalam pidato pembukaannya, YB Nik Nazmi bin Nik Ahmad, Menteri Sumber Daya Alam dan Kelestarian Alam Sekitar Malaysia, menekankan urgensi dan pentingnya kolaborasi regional:
“ASEAN Common Carbon Framework adalah katalis utama untuk membuka potensi pasar karbon ASEAN. Kerangka ini akan mendorong pengakuan bersama terhadap metodologi, memperkuat kerja sama, dan membangun kapasitas guna memastikan pasar karbon ASEAN yang transparan, efisien, dan kompetitif.
Malaysia tengah menyusun Undang-Undang Perubahan Iklim Nasional yang akan segera diajukan ke Parlemen, serta Kebijakan Pasar Karbon Nasional untuk menguraikan partisipasi Malaysia dalam kerangka Pasal 6 Perjanjian Paris.
Upaya nasional ini melengkapi kerangka ASEAN dengan membantu mobilisasi modal dan mendukung peluang dekarbonisasi di kawasan ASEAN. Workshop hari ini penting untuk merampungkan tata kelola dan menetapkan arah yang jelas bagi pengembangan pasar karbon kita. Rencana kerja dua tahun akan membantu memperluas partisipasi di seluruh ASEAN, menyelaraskan kebijakan, dan mendukung pasar karbon sukarela maupun yang bersifat kepatuhan.”
Workshop ini melanjutkan momentum dari pelatihan “Scaling Up Carbon Markets in ASEAN: Fundamentals & the ASEAN Common Carbon Framework” yang sebelumnya diadakan di Singapura. Kegiatan ini mempertemukan pejabat tinggi, pakar, dan pemimpin sektor swasta untuk merampungkan kerangka tata kelola, menyusun rencana kerja dua tahun, dan merumuskan strategi untuk mendapatkan dukungan tingkat tinggi dari mekanisme ASEAN dan negara-negara anggotanya.
Inggris kembali menegaskan dukungannya terhadap kerja sama regional melalui Duta Besarnya untuk ASEAN, H.E. Sarah Tiffin, yang menyatakan:
“Inggris sepenuhnya mendukung pendekatan bersama terhadap pasar karbon di ASEAN. Melalui ASEAN-UK Green Transition Fund, kami mendukung para penandatangan Nota Kolaborasi ASEAN Common Carbon Framework serta ASEAN Business Advisory Council untuk mengembangkan kerangka tata kelola ACCF. Workshop hari ini adalah kesempatan berharga untuk memperkuat pendekatan kolaboratif ini.”
H.E. Satvinder Singh, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Ekonomi ASEAN, turut menyoroti kemajuan yang telah dicapai dan langkah ke depan:
“Beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Malaysia, Singapura, dan Thailand, telah mengadopsi berbagai instrumen harga karbon seperti pajak karbon dan sistem kredit karbon sukarela, serta meluncurkan bursa karbon domestik.
Mengembangkan pasar karbon yang saling terhubung menjadi salah satu dari delapan strategi utama dalam Strategi ASEAN untuk Netralitas Karbon. Meskipun negara-negara ASEAN telah mencatat kemajuan melalui pasar karbon nasional, sebuah kerangka regional dapat memperkuat dampak tersebut.”
Dalam workshop ini, Dr. Renard Siew, Presiden Malaysia Carbon Market Association (MCMA) dan Kepala Keberlanjutan Korporat Yinson Holdings, menjelaskan prinsip-prinsip utama dari ACCF:
“Dalam kerangka ini, terdapat lima elemen kunci. Pertama adalah pengakuan bahwa terdapat metodologi lokal yang telah ada. Misalnya, Thailand memiliki sekitar 70+ metodologi, Indonesia lebih dari 50, dan Malaysia yang memulai dengan Forest Carbon Offset Protocol.
Metodologi ini harus berkualitas tinggi dan memiliki integritas, sehingga diharapkan kita dapat menyelaraskan diri dengan standar seperti Integrity Council for Voluntary Carbon Markets (ICVCM), yang mengusung prinsip CCP (Core Carbon Principles). Kita juga harus mengacu pada 21 Praktik Baik IOSCO untuk VCM, dan lainnya.
Kita juga harus fokus pada pengakuan timbal balik, yang merupakan kunci dalam ACCF, serta mengeksplorasi bagaimana negara-negara ASEAN dapat saling mengakui dan menerima metodologi yang berbeda di kawasan ini.”
Steven Marcelino, Managing Partner dan CEO Equatorise Advisory sekaligus Sekretariat ACCF, menekankan pentingnya sesi ini:
“Workshop ini adalah langkah penting untuk memperkuat kolaborasi regional, menyempurnakan struktur pasar, dan memastikan implementasi ACCF yang sukses di seluruh negara anggota ASEAN. Workshop ini diselenggarakan oleh ASEAN-UK Green Transition Fund (GTF), Malaysia Carbon Market Association (MCMA), dan Equatorise Advisory. Kami bangga menjadi mitra pelaksana untuk ASEAN-UK GTF.”
Dengan proyeksi permintaan global terhadap kredit karbon yang akan mencapai miliaran unit per tahun dan harga yang diperkirakan melebihi $200 per ton pada 2050 (Laporan BloombergNEF, Long-Term Carbon Offsets Outlook 2024), workshop ini menjadi langkah penting ke depan. Diskusi difokuskan pada perampungan struktur tata kelola ACCF, penetapan alur kerja dan pencapaian, serta dialog strategis mengenai dinamika pasokan-permintaan, infrastruktur pasar, penyelarasan regulasi, proyek percontohan, dan strategi komunikasi.
Seiring kawasan ini terus menyelaraskan upayanya menuju netralitas iklim, Workshop ACCF menandai langkah berani menuju kesatuan regional dalam pengembangan pasar karbon, mencerminkan komitmen ASEAN untuk meningkatkan pasar karbon dengan integritas, transparansi, dan inklusivitas.